Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

//

Breaking News:

latest

OPINI : Perangi Covid dengan Spirit World Book Day

Oleh : Sirajuddin, Pustakawan IAIN Parepare OPINI --- Hari Buku Sedunia, dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku I...



Oleh : Sirajuddin, Pustakawan IAIN Parepare





OPINI --- Hari Buku Sedunia, dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional, merupakan hari perayaan tahunan yang jatuh pada tanggal 23 April yang diadakan oleh United Nations Educational Scientific and Cultural organization (UNESCO) tujuannya mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta. Di Inggris, hari perayaan ini jatuh pada hari Kamis pertama setiap bulan Maret. Hari Buku Sedunia dirayakan pertama sekali pada tanggal 23 April 1995.





Hubungan antara 23 April dengan buku pertama sekali dibuat oleh toko buku di Catalonia, Spanyol pada tahun 1923. Ide awalnya berasal dari penulis Valencia, Vicente Clavel Andrés sebagai cara untuk menghargai penulis Miguel de Cervantes yang meninggal pada tanggal tersebut.





Pada tahun 1995, UNESCO memutuskan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia dirayakan pada tanggal 23 April, sebab tanggal tersebut juga merupakan hari kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega serta hari lahir atau kematian beberapa penulis terkenal lain. (sumber: Wikipedia.org)





Di tengah pandemi Covid-19 ini setiap orang dituntut untuk mengikuti protokol kesehatan yang disampaikan oleh pemerintah melalui gugus penanganan Covid-19. Ini berarti bahwa kita harus tetap stay at home menjaga jarak atau physical distancing. Mencuci tangan serta banyak lagi protokol kesehatan yang harus dipatuhi untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang mengakibatkan covid-19 atau penyakit corona virus disease 19.





UNESCO sebagai badan khusus PBB mengatakan bahwa kekuatan buku harus dimanfaatkan untuk memerangi isolasi. "Di saat sebagian besar sekolah di seluruh dunia tutup dan orang-orang harus membatasi waktu mereka, kekuatan buku harus dimanfaatkan. Memperkuat ikatan antar orang, memperluas cakrawala kita, sambil merangsang pikiran, dan kreativitas kita," tulis keterangan, UNESCO juga menegaskan di masa pandemi sekarang ini, penting untuk meluangkan waktu untuk membaca buku sendiri dan bersama keluarga.





Konsekuensi literat di tengah pandemi menjadi sebuah keniscayaan, yang memaksa kita untuk mencari cara yang efektif untuk tetap bisa menikmati bahan bacaan tanpa harus berkunjung ke perpustakaan seperti sebelumnya, Saat ini pelayanan langsung untuk mengakses buku di perpustakaan tidak akan kita jumpai namun semangat literasi akan tetap membooming.





Para pegiat literasi dan pustakawan sebagai front line dalam menyebarkan sumber informasi melakukan kegiatan diharapkan mampu memenuhi kegiatan membaca di rumah. Dengan memformat ulang sumber bacaan dalam bentuk E-book atau lebih dikenal dengan digital book atau buku digital yang bisa diunggah secara gratis melalui smartphone yang tidak pernah lepas dari genggaman kita.





Menyambut hari buku sedunia Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia (PP-IPI) menerbitkan buku edisi khusus dengan judul “Glosarium Seputar Covid-19” dalam rangka peringatan hari buku sedunia pada tanggal 23 April 2020 ini dapat di unduh melalui https://bit.ly/3bGkYhf. Dan juga dapat dibaca melalui https://ipusnas.id/, ini adalah salah satu bentuk partisipasi aktif di masa pandemi global saat ini selain memenuhi hasrat membaca berbagai genre, juga membantu pemerintah dalam hal pendekatan literasi covid-19 kepada masyarakat yang tentu dibutuhkan.





Walaupun harus stay at home kita dengan mudah mengakses hanya dalam one click informasi penting akan kita temukan, ribuan bahan bacaan dari setiap genre dapat diakses bahkan sampai pada bagaimana bisa tetap eksis dan menjadi anggota perpustakaan salah satunya melalui “i-pusnas” yang bisa didownload melalui playstore dan bisa diakses dengan smarthphone dan note book kita, sehingga nuansa masuk ke perpustakaan hunting koleksi dan judul masih bisa kita rasakan meskipun kita menjaga jarak atau physical distancing.





Spirit Hari Buku Sedunia masih kita bisa rasakan walupun mungkin buku secara fisik tidak ada dalam genggaman tapi orientasi dan nuansa membaca tetap terasa, potensi membaca melalui smartphone, note book dan baca alat elektronik lainnya mungkin akan berbeda dengan ketika berhadapan atau mengakses langsung melalui buku baik dari segi eye catching atau jangkauan mata dan pengaruh radiasi yang ditimbulkan oleh screen gawai dan note book serta kecepatan membaca akan berbeda. Namun kita bisa dengan mudah mengakses dan memilih bacaan yang diinginkan.





Sebagai refleksi dari hari buku sedunia, tujuan, manfaat dan pentingnya gerakan membaca harus bisa kita capai ketertarikan terhadap bahan bacaan akan membawa kita untuk mencintai buku dan ini akan menjadi kebiasaan dan akhirnya membudaya, budaya baca menumbuhkan kepekaan sosial, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, dan yang lebih penting bahwa membaca adalah menghidupkan ruh ilmuan dalam diri kita, sehingga pandemi global ini membawa kita pada budaya literat serba ingin tahu terhadap covid-19 dan bagaimana tindakan pencegahannya.


Tidak ada komentar